Hadapi Kurikulum Merdeka, Tri Gunawan : Guru Harus Out Of The Box

 


Purbalingga - Tantangan guru ke depan semakin berat, karena mulai saat ini saat ini pendidikan di sekolah menggunakan kurikulum Merdeka, di mana dalam pendidikan formal harus mampu menciptakan sumber daya guru untuk menyongsong gerakan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Salah satu kekuatan yang bisa mendorong terlaksananya P5 adalah kreativitas para pendidik dalam memberikan materi pelajaran, baik secara teori maupun praktik.

"Guru harus keluar dari zona nyaman jika ingin berhasil mengawal program kurikulum merdeka, harus out of the box," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga ,Tri Gunawan Setiadi kepada Aspirasi usai mengikuti upacara HUT PGRI tahun 2022 di alun-alun Kabupaten Purbalingga, Sabtu (27/11/2022).

"Jangan sampai guru tidak keluar dari zona nyaman, harus keluar dari zona nyaman. Eranya sekarang sudah berubah, tidak seperti yang dulu. Pola-pola lama harus ditinggalkan jika ingin tidak ketinggalan," lanjutnya.

Tri Gunawan menjelaskan, pendidikan di era Kurikulum Merdeka adalah pendidikan yang menurut guru untuk luas cakrawala pandangannya. Harus bisa mengubah mindset, bahwa pendidikan tidak hanya berkutat di dalam ruang kelas. 

"Alam semesta, lingkungan di luar sekolah justru banyak sekali ilmu pengetahuan yang bisa digali untuk dijadikan mata pelajaran. Karena kelak anak didik kita sudah harus bisa mandiri, berkreasi sendiri tanpa harus mengandalkan ijasah, tapi skil dan kemampuan diri untuk membangun kehidupan secara mandiri," jelasnya.

Kurikulum Merdeka adalah media pendidikan yang harus diimplementasikan secara merdeka. Guru juga harus bekerja sama dengan wali murid,, karena peran orang tua sangat strategis untuk membantu anak-anak lebih maju. Melalui program parenting guru, siswa dan wali murid harus bisa bersinergi mengembangkan pendidikan di sekolah masing-masing.

"Salah satu contohnya adalah dibuatnya group WhatsApp pada masing-masing kelas. Hal ini sangat membantu terjalinnya komunikasi antara guru dan wali murid, di mana setiap ada persoalan di sekolah bisa dikomunikasikan dan bisa ditindaklanjuti bersama. Jadi apa yang sudah diajarkan oleh guru dan kemudian dipraktikkan di sekolah, di rumah bisa ditindaklanjuti dengan orang tuanya, dipraktikkan kembali. Syukur bisa berinovasi, misalnya di sekolah diajarkan memasak ayam goreng, di rumah mungkin bisa diinovasi jadi ayam geprek atau ayam penyet, dan lain sebagainya," ujarnya.

Terkait kemampuan guru dalam melaksanakan program P5 pada kurikulum Merdeka, diakuinya oleh Tri Gunawan, Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga harus melakukan kerja keras dalam mendorong terealisasinya Kurikulum Merdeka di setiap sekolah. Dengan cara pendampingan yang dilakukan terus menerus diharapkan bisa mendongkrak pendidikan di kabupaten Purbalingga semakin meningkat.

"Kemarin sempat terpuruk, kabupaten Purbalingga hanya menduduki ranking ke-35 dari 35 Kabupaten dan Kota. Akhirnya kami harus menggenjot dengan cara pendampingan, kami keliling ke seluruh sekolah. Alhamdulillah sekarang sudah mulai naik, kini berada di ranking 19. Bahkan pada minggu ini insyaallah bisa naik sampai ke ranking 5," tuturnya.

Melalui Hari Guru Nasional dan HUT PGRI ini, Tri Gunawan berharap  momen tersebut bisa menjadi pemantik dan dorongan para guru untuk terus bersemangat mencerdaskan anak bangsa dengan berbagai cara yang baik dan maju. Banyak inovasi dan kreasi yang harus tercipta, dan terus berusaha semaksimal mungkin agar kurikulum Merdeka bisa terimplementasikan dengan baik.


(Angga)

0 Komentar